*) NAskah Drama :Syair Tua Bangkit dalam Melody Muda (Download)
*) Karya Ilmiah : Pemanfaatan Buah Kendikir dalam kehidupan Oleh Masyarakat Taeh Bukik..........(Download).
--------------------------------------------------------------------
*) Karya Ilmiah : Pemanfaatan Daun Pepaya Sebagai Obat Anti Nyamuk Alternatif...........
a. Cover (Download)
b. Halaman Pengesahan (Download)
c. Isi Bab I - Bab V (Download)
(2 buah Karya Ilmiah diatas telah diajukan sebagai naskah dalam Lomba Karya Ilmiah Tingkat Nasional)
-------------------------------------------------------------------
*) Penelitian Tindakan Kelas :
*) Karya Ilmiah : Pemanfaatan Buah Kendikir dalam kehidupan Oleh Masyarakat Taeh Bukik..........(Download).
--------------------------------------------------------------------
*) Karya Ilmiah : Pemanfaatan Daun Pepaya Sebagai Obat Anti Nyamuk Alternatif...........
a. Cover (Download)
b. Halaman Pengesahan (Download)
c. Isi Bab I - Bab V (Download)
(2 buah Karya Ilmiah diatas telah diajukan sebagai naskah dalam Lomba Karya Ilmiah Tingkat Nasional)
-------------------------------------------------------------------
*) Penelitian Tindakan Kelas :
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IX.B SMP NEGERI 4 KECAMATAN PAYAKUMBUH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM KELOMPOK HOMOGEN
Oleh : Lili Gustina, S.Pd
a. Cover (Download) b. Halaman Pengesahan (Download)
---------------------------------------------------------------
*) Puisi
AYAH KAMI BUKAN TUAN….
Karya: Kasfitriani Sabaria
Siswa kelas VIII SMPN 4 Kec. Payakumbuh
Juara 2 Lomba Cipta Puisi pada FLSSN Tgkt. Kab. Lima Puluh Kota
Tanjung Pati, 17 April 2010
Kali ini kembali kunyalakan televisi
Wajah-wajah pejabat penting bermunculan di layar kaca
Dari yang ubanan sampai yang ingusan
Semua menjamur menjadi tersangka
Apa yang Tuan inginkan?
Rumah mewah?
Harta berlimpah?
Mobil mengkilat keluaran terbaru?
Atau onggokan uang di bank?
Apa tuan tidak memikirkan perasaan anak Tuan?
Perasaan mereka ketika melihat ayahnya diperiksa KPK dan dicap koruptor?
Taukah Tuan???
Di sini kami berperang dengan perut yang keroncongan
Ayah kami hanya bisa memberikan sepotong ikan asin
Meskipun jarang,
Namun ayah meneteskan keringat teramat banyak sebagai buruh tani
Demi sepotong ikan asin
Kami tak kenal pitsa*), sepegeti**), blekpores***)
Atau makanan aneh lainnya
Bagi kami....
Ikan asin adalah ayam goreng mentega
Daun singkong adalah salad
Air putih adalah jus aneka rasa
Bagi kami.....
Itulah surga makanan
Lambung kami tersenyum
Ketika ikan asin, daun singkong, dan air putih menyapa
Lambung kami terharu karena tamu yang dinanti datang juga, lalu berkata
”Ikan asin...kapan kita bertemu lagi???
Kami merindukan hadirnya tangis bahagia saat pertemuan itu
Tuhan.....
Aku bangga dengan ayah
Ayah yang kurus kering karena membanting tulang
Ayah dengan tangan kasar karena mencangkul
Dan ayah dengan bau keringat saat pulang dari sawah
Namun aku tetap bangga
Aku tak butuh rumah mewah, harta berlimpah, mobil mengkilat, dan tumpukan uang
Aku hanya ingin ayah tetap bersama kami
Tanpa harus diperiksa KPK dan meringkuk di penjara
Terima kasih Tuhan...
Atas ayah yang membanggakan.....
Keterangan:
*) plesetan dari Pizza
**) Spageti
***)Blackforest
SENANDUNG DILERENG GUNUNG BUNGSU
Karya: Nelvi Azizah
Siswa kelas VII SMPN 4 Kec. Payakumbuh
Juara 2 Lomba Cipta Cerpen pada FLSSN Tgkt. Kab. Lima Puluh Kota
Tanjung Pati, 17 April 2010
Matahari sudah mulai tampak di ufuk timur dengan memancarkan sinar memerah yang lembut, namun cukup menghangatkan di tengah kabut yang menyelimutiku. Ya…Taeh Bukik, di sinilah aku lahir dan dibesarkan dengan keluarga yang jauh dari garis kemiskinan . Kami sudah terbiasa dengan kesejukan di setiap pagi karena letak geografis desaku yang berada di lereng Gunung Bungsu. Hamparan sawah serta pohon aren yang tumbuh di sekeliling kami adalah pemandangan biasa bagi kami, namun sangat menakjubkan bagi orang-orang yang berasal dari luar desaku. Tak jarang pada setiap hari minggu berdatangan pengunjung sekedar untuk menikmati keindahan alam dari ketinggian dan menghirup yang belum terkontaminasi.
Pagi ini, seperti biasa semua orang mulai sibuk dengan aktivitas masing-masing. Ada anak-anak yang pergi sekolah, ke sawah, menetek niro {mengambil air dari pohon aren}, dan beberapa orang melintasi jalan dengan menggunakan seragam berwarna kuning yang biasa digunakan orang-orang yang bekerja sebagai pegawai negeri. Tentunya jalan utama desa kami yang tidak terlalu besar menjadi padat karena lalu-lalang kendaraan mulai dari sepeda, sepeda motor, dan beberapa mobil.
Sebelum berangkat sekolah, aku menyempatkan diri untuk berbincang-berbincang dengan ibuku yang mempunyai penghasilan pas-pasan dari membuat gula aren. Sedangkan ayahku tidak lagi bekerja sebagai buruh tani karena sudah sakit-sakitan
”Hai nak,? bagaimana sekolahmu.”
”Oh, iya bu tadi kepala sekolah bilang bahwa aku belum bayar uang baju.”
”Oh ibu lupa, untung kamu mengingatkan. Berapa bayaran uang bajumu.”
”Pada bulan yang lalu ayah sudah memberikan uang sebanyak Rp 50.000,00, dan sekarang tinggal Rp 250.000,00 lagi Bu.”
Setelah perbincangan yang singkat itu, aku langsung berangkat ke sekolah dengan membawa tas yang hampir empat tahun belum pernah diganti dan sepatu bututku yang masih bisa dipakai.
*****
Pada sore harinya, aku pergi ke hutan di dekat rumah. Di sana ada sebuah menhir yang belum terjamah oleh tangan sejarawan. Batu ini berukuran cukup besar dan ada batu-batu kecil lainnya yang bersebaran di sekelilingnya. Batu itu biasa kami sebut dengan batu barabono. Menurut cerita nenek moyangku, di batu borobono ini pernah terjepit seekor harimau dan diselamatkan oleh seorang kakek-kakek berjubah putih dari suku Pitopang. Karena cerita tersebut , banyak orang yang takut untuk datang ke batu borobono. Berbeda halnya denganku. Aku sering mendatangi tempat ini apalagi saat aku ingin menyendiri seperti sekarang. Saat sedang asyik duduk-duduk di tempat ini, tiba-tiba ada seorang yang lewat .
”Hai, lagi ngapain kamu disini Nak?.”
“Aku lagi main di batu ini Bu.”
“Ibu ceritakan ya, kalau di sini dulu ada orang melihat seorang kakek berjubah putih dan berjanggut panjang, duduk di atas batu ini.”
“Itu kan Cuma akal-akalan orang saja Bu.”{Entah kenapa aku tidak merasa ketakutan}
Hari sudah mulai gelap dan aku pulang ke rumah. Setiba di rumah, ternyata ayahku tidak pergi bekerja, ternyata ayah ada di rumah.
”Bu,? kok ayah nggak kerja,?
”Ayah mu tidak lagi bekerja sebagai buruh tani.”
”Bagaimana dengan sekolah ku Bu?” (Dengan suara yang sedih)
”Ibu akan berusaha mencari uang untuk sekolah mu.”
Pada pagi harinya aku berangkat sekolah dengan membawa nasi karena orang tuaku tidak punya uang. Setiba di sekolah teman-teman mengejekku. Mereka bilang kalau anak seorang buruh tani nggak mungkin sekolah di sini.
”Kok kalian ngomongnya kayak gitu,emangnya kalian yang punya sekolah ini,”aku pergi sambil membawa sakit hatiku.
Saat jam istirahat sekolah, aku mengambil nasi yang telah dibungkuskan ibu dari rumah. Kemudian aku duduk di bawah pohon yang berada di samping sekolahku. Tiba-tiba datang seorang teman sekelasku.
”Hai, kamu lagi ngapain di sini?”
“Nggak ngapa-ngapain!”
“ Jangan bahong!”
“Iya, sebenarnya aku lagi makan, kamu mau?”
”Nggak, aku udah makan barusan, aku duluan ya!”
Selesai makan, bel tanda masuk kelas berbunyi. aku bergegas memasuki kelas dan kami mengikuti pelajaran dengan tenang.
*****
Setiba di rumah, aku mengganti pakaian sekolahku dan kembali menuju batu borobono. Di sini aku menangis mengingat perkataan teman-temanku. Seingatku, aku tak pernah berbuat salah pada mereka, tetapi mereka selalu memperlakukanku seperti itu. Setelah puas menangisi nasibku, akupun kembali pulang ke rumah.
Di depan rumah, ternyata ibu telah menantiku dari tadi.
“Dari mana saja kamu Nak?”
”Aku dari belakang Bu.” jawabku sambil duduk di teras rumah yang agak sempit.
Aku kembali memikirkan kejadian di sekolah. Namun muncul secercah cahaya di dalam hatiku. Aku bertekad untuk tetap berusaha belajar dengan giat seperti aku bisa menjadi orang yang sukses seperti orang-orang yang berhasil lainnya walaupun sekarang aku hanya anak seorang buruh tani dan pembuat gula merah. Aku kembali masuk kembali ke dalam rumah dan membantu pekerjaan ibu. Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari pintu depan. Adik segera berlari ingin melihat tamu yang datang. Ternyata nenek dan kakekku. Adik pun memanggil ibu dan aku.
Saat bertemu dengan nenek dan kakek, akupun menyalami mereka. Aku membawakan air putih dari dapur sementara ibu masih sibuk membuat gula merah.
”Nak, tolong kamu tunggui gula merahnya ini, sebentar lagi akan matang.”
”Iya Bu,” Aku langsung menuju ke luar.
Ibu berbincang-bincang dengan kakek dan nenek di dalam rumah dan nenek bertanya kepada ibu.
”Mana suamimu?”
”Sedang sakit Bu, sekarang sedang tidur di kamar. Sebentar Bu, aku panggilkan.”
Ibu pun menuju kamar.
”Pak, ada Bapak sama Ibu datang.”
”Iya Bu, aku ke luar.”
Ayah pergi ke ruang tamu menemui kakek dan nenek, sedangkan aku masih asyik mengaduk gula merah yang sedang dimasak ibu. Saat gula tersebut hampir matang, aku pun memanggil ibu.
”Bu, gula merahnya sudah matang.”
”Tunggu sebentar Nak.”
Aku langsung mengangkat gula merah tersebut ke dapur dan ibu mencetaknya dengan potongan-potongan bulatan bambu. Pada malam harinya, aku disuruh ibu mengantarkan gula merah itu kepada agen yang akan memasarkan ke pasar. Ternyata beratnya hanya 4 kg. Karena harga satu kilonya Rp. 10.000,- maka ibu hanya mendapat uang Rp. 40.000,-. Aku agak sedih karena keadaan ini, namun itulah rejeki kami. sepulang mengantar gula merah, aku membuat PR matematika untuk besok.
Pagi ini aku kembali berangkat sekolah. Setiba di sekolah, temanku mengatakan bahwa aku dipanggil kepala sekolah. Aku sangat takut karena aku tau kepala sekolah akan menanyai tentang uang baju yang belum aku lunasi. Saat bertemu kepala sekolah, beliau mengatakan bahwa aku mendapat beasiswa. Aku sangat senang sekali. Saat pulang sekolah aku langsung memberi tau ibu.
”Alhamdulillah Nak, Kamu harus bersyukur pada Allah karena ini rejeki Kamu.”
”Iya Bu, sekarang Ibu nggak perlu lagi memikirkan uang sekolahku.”
Sekarang aku tahu, di dalam kesulitan itu, ada kemudahan. Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Terima kasih ya Allah...